Bukan Oplet Sidoel
Pagi itu seperti biasa aku berangkat
ke sekolah jam 6 pagi lewat. Karena aku sering menggunakan transportasi umum
berupa bemo, maka akupun menunggu di depan jalan rumahku. Tak lama kemudian
sebuah bemo berwarna kuning jurusan Batubulan-Kreneng melintas. Ketika aku
masuk, sesosok ibu nampak sudah duduk di dalam bemo tersebut. Tubuhnya gempal,
sebuah bakul yang dipenuhi botol botol besar berisikan cairan kecoklatan hingga
kehitaman tersampir manis disampingnya. Dialah si ibu penjual jamu.
Aku juga tidak
mengerti, mengapa jika aku mengingat masa-masa naik bemo, pasti ibu itulah yang
pertama kali aku ingat. Padahal aku sama sekali tidak mengenal ibu itu. Yang
aku tahu hanyalah dia berjualan jamu dan sering satu bemo denganku. Entah naik
dimana, yang jelas dia selalu turun di pengkolan jalan pratu made rambug. So
what’s so special about this woman? Hmm, mungkin aku terkesan kali ya..
terkesan dengan kekuatan ibu tersebut, terkesan dengan kereligian yang
dimilikinya.
Aku bayangkan ia
bangun pagi pagi sekali untuk meracik jamu-jamu tersebut. Kemudian segera menuangnya
ke botol, dan mempersiapkan bakulnya. Yang membuatku terkesan adalah betapa
kuatnya ibu ini menggendong bakul jamunya. Padahal saat ia harus menurunkan bakul
dari bemo, terlihat bakul tersebut sangat berat. Untuk membawanya ke pinggir
saja, ibu itu harus menyeretnya. Ketika sudah dipinggir pintu bemo, ibu itu
akan melilitkan sehelai selendang berwarna biru di bakulnya lalu sambil
mengucap nama Tuhan, ibu itu menurunkan bakul yang superr berat itu. Jujur, aku
selalu bertanya tanya dalam hati, “ kok kuat sie ibu ini?”. Aku, yang masih
muda ini saja, melihat bakul seberat itu sudah keder duluan. Yang membuatku
paling terkesan adalah momen dimana ia selalu menyebut nama Tuhan saat
memindahkan bakulnya. Sure strong woman, that must be the secret of your power.
Your belief in god ^^.
Naik bemo bukan hanya
soal ibu penjual jamu itu. Banyak hal yang aku amati selama berada di dalam
kendaraan umum beroda empat yang bukanlah opletnya sidoel ini. Sebuah mobil
jenis carry yang warnanya kuning dan sering memutar lagu dangdut di dalamnya.
Mulai dari beragam jenis orang yang terlihat, yang baik, inspiratif hingga yang
sangat menyebalkan sekalipun. Obrolan, gosip, saling menyombongkan yang
terselip dalam percakapan-percakapan sehari-hari. Panasnya terik, sesaknya
angkutan umumnya, mobil yang bocor saat hujan hingga bau menyengat yang
memuakkan, semuanya sudah pernah aku alami. Warna-warni kehidupan, itulah yanng
bisa kita dapatkan hanya dengan duduk manis di dalam kendaraan bernama bemo
ini.
Suatu ketika aku naik
bemo tanpa membawa uang. Hal ini tidaklah aku sengaja, karena aku ingat betul
aku tidak membelanjakan habis uang jajanku, tapi ternyata aku lupa mengambil kembalian
di kantin sekolah. Maka dengan santai aku memasuki sebuah bemo, bersiap untuk
pulang dan di tengah perjalanan baru merasa panik sambil merogoh rogoh saku. Untunglah
si supir baik hati, dia mengantarku hingga jalan depan rumah tanpa memungut
bayaran( makassi bapak supirr J). Masih soal supir, ada pula seorang supir bemo yang berjenis kelamin
perempuan. Wow, emansipasi yaa. Supir ini sangat baik hati, dia menyetir dengan
hati-hati dan juga bersikap sangat ramah. Bener-bener senang kalau melihat
perempuan yang berjuang demi keluarga dan masih bisa tersenyum cantik seperti
itu. Well, that’s the true beauty of woman!! Bukan hanya supir baik loh yang
aku temui. Ada pula supir yang sudah nyetir awut-awutan, kasar, dan suka
menurunkan penumpang sembarangan. Aku pernah diturunkan paksa(bahkan beberapa
kali L) hanya karena aku menumpang sendirian dan rumahku
benar-benar dekat terminal yang dituju. Jadi semacam rugi dan buang-buang
bensin kalau mengantar ku sampai tujuan. Yah kalau dengan supir jenis begini
mah, dibawa sabar aja.. hahaha..
Penumpang di bemo juga
beraneka ragam. Ada ibu-ibu penjual jajan di pasar yang menor dan suka gosip
sana sini, ada anak-anak baru gede yang kerjaannya mainan hape sambil
ngumpat-ngumpat kasar ngga jelas, ada juga pelajar-pelajar yang ngoceh tentang
berbagai persoalan sekolah, orang tua, pacar dan kehidupannya. Kalau sedang
beruntung, bisa juga bertemu orang cakep yang siap siap berangkat ke sekolah,
sama sepertiku.. Hahaha, beragam sekali.
Bagiku naik bemo itu
seru. Memang harus berangkat pagi karena bemonya suka diam di tengah jalan
untuk menunggu penumpang.. Memang kadang kadang sangat ngemalesin harus
desek-desekan atau mendengar( gak sengaja nguping) omongan yang tidak penting,
kesal karena supir dan keadaan bemo yang tidak memadai. Tapi karena naik bemo
aku bertemu beraneka macam manusia. Dan jujur saja, aku menikmati saat-saat
bengong , larut dalam pikiranku sendiri tanpa perlu khawatir bakal ditanyain
macem-macem sementara si bemo membawaku ke tempat tujuan. Intinya, naik bemo
adalah sebuah pengalaman, dan sebuah waktu juga buat aku, dimana aku bisa
sendirian ( anggep aja gak ada orang lain di deketku, toh gak kenal :P) dan
berfikir tanpa perlu khawatir.
Bemo? It so classic and Nostalgic dude.
Komentar
Posting Komentar